Selasa, 12 April 2011

Jesus Menonton Sepak Bola


         Jesus Kristus berkata  bahwa  Ia  belum  pernah  menyaksikan
         pertandingan  sepakbola.  Maka  kami, aku dan teman-temanku,
         mengajakNya menonton. Sebuah pertandingan sengit berlangsung
         antara kesebelasan Protestan dan kesebelasan Katolik.

         Kesebelasan  Katolik  memasukkan bola terlebih dahulu. Jesus
         bersorak gembira dan melemparkan topinya tinggi-tinggi. Lalu
         ganti  kesebelasan  Protestan  yang mencetak goal. Dan Jesus
         bersorak gembira  serta  melemparkan  topinya  tinggi-tinggi
         lagi.
         Hal  ini  rupanya membingungkan orang yang duduk di belakang
         kami. Orang itu menepuk pundak Jesus dan bertanya:  'Saudara
         berteriak untuk pihak yang mana?'
         'Saya?'  jawab Jesus, yang rupanya saat itu sedang terpesona
         oleh permainan itu. 'Oh, saya tidak bersorak bagi salah satu
         pihak, Saya hanya senang menikmati permainan ini.'
         Penanya  itu  berpaling kepada temannya dan mencemooh Jesus:
         'Ateis!'

         Sewaktu pulang, Jesus kami beritahu tentang situasi agama di
         dunia  dewasa  ini.  'Orang-orang beragama itu aneh, Tuhan,'
         kata kami. 'Mereka selalu mengira, bahwa Allah ada di  pihak
         mereka dan melawan orang-orang yang ada di pihak lain.'

         Jesus   mengangguk   setuju.   'Itulah  sebabnya  Aku  tidak
         mendukung agama;  Aku  mendukung  orang-orangnya,'  katanya.
         'Orang  lebih  penting daripada agama. Manusia lebih penting
         daripada hari Sabat.'
         'Tuhan,  berhati-hatilah  dengan  kata-kataMu,'  kata  salah
         seorang  di  antara  kami  dengan  was-was.  'Engkau  pernah
         disalibkan karena mengucapkan kata-kata serupa itu.'  'Ya  -
         dan  justru  hal  itu  dilakukan oleh orang-orang beragama,'
         kata Jesus sambil tersenyum kecewa.

                                  (Burung Berkicau, Anthony de Mello SJ,
                             Yayasan Cipta Loka Caraka, Cetakan 7, 1994)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar